Tolman
(1886-1959) lahir di Newton, Massachusetts. Ia memperoleh gelar Master
of Art (1912) dan doktornya di Universitas Harvard pada bidang
psikologi. Lalu ia mengajar di Universitas Northwestern (1915-1918).
Dari universitas ini ia pergi ke Uneversitas California dan menetap di
sana hingga ia mengundurkan diri karena menolak untuk menandatangani
sumpah setia yang dianggapnya sebagai pelanggaran kebebasan akademik.
Akan tetapi ia kembali lagi ke universitas ini atas permintaan para
professor.
Teori
belajar Tolman dapat dikatakan sebagai camuran antara Teori Gestalt dan
Behaviorisme. Setelah lulus dari Harvard Tolman pergi ke Jerman dan
bekerja dengan Koffka. Keberadaan teori Gestalt terhadap proses
berteorinya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sikapnya yang
senang terhadap teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya terhadap
behaviorisme. Tolman memperhatikan ada sedikit nilai dalam introspective approach,
padahal ia merasakan psikologi merupakan obyektif yang komplit.
Pemikirannya bertentangan dengan para behavioris yang menyatakan unit
perilaku bisa dipelajari sebagai unsur-unsur yang terpisah. Para
behavioris seperti Pavlov, Guthrie, Hull, Watson, dan Skinner
digambarkan Tolman sebagai "Psychology of Twitchism" karena
mereka melihat segmen-segmen perlilaku yang besar dapat dibagi menjadi
segmen-segmen kecil, seperti reflek-reflek yang selanjutnya dianalisis.
Tolman
memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya
behavioris telah membuang artinya secara utuh. Akan tetapi dia juga
yakin bahwa hal seperti itu mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek
ketika belajar tentang molar behavior secara sistematis. Oleh karena itu
bisa dikatakan bahwa Tolman seorang behavioris secara metodologi dan
teoris kognitif dalam hal metafisik. Dengan kata lain, ia belajar
behavior untuk menentukan proses kognitif.[3]
C. MOLAR BEHAVIOR[4]
Karateristik utama pemahaman perilaku adalah "purposive" yang
selalu diarahkan ke berbagai tujuan atau maksud. Tolman tidak pernah
berpendapat bahwa perilaku tidak bisa dibagi menjadi unit lebih kecil
untuk kepentingan studi, namun demikian ia merasakan bahwa pola perilaku
utuh mempunyai suatu maksud tertentu yang akan hilang jika dipelajari
dari sudut pandang parsial atau dari elemen-elemen individual.
Bentuk perilaku yang dinamakan Tolman (1932) sebagai molar, misalnya: seekor tikus yang berlari di simpang siur jalan (maze),
seekor kucing yang keluar dari puzzle box, anak-anak yang saling
bercerita tentang pikiran dan perasaan mereka. Yang harus diperhatikan,
bahwa ketika menyebutkan hal di atas maka akan melibatkan seluruh otot,
kelenjar, kegelisahan sensory dan motor nerver. Untuk respon-respon
seperti di atas, bagaimanapun juga cukup mengidentifikasikan sifat-sifat
mereka sendiri.
D. PURPOSIVE BEHAVIORISM
Teori
Tolman dikenal sebagai purposive behaviorism karena mencoba untuk
menjelaskan goal (tujuan) mengarah pada perilaku atau purposive
behavior. (Tolman menggunakan istilah purposive semata-mata untuk
pendiskripsikan). Ia terkenal dengan contoh mencari perilaku sampai
makanan ditemukan. Oleh karena itu, nampak "as if (seolah-olah)"
perilakunya adalah goal-directed atau purposive. Dalam hal ini ada
persamaan antara Guthrie dan Tolman. Menurut Guthrie perilaku tetap
berlaku sepanjang pemeliharaan stimuli disajikan oleh beberapa status
kebutuhan (need). Sedangkan menurut Tolman perilaku "as if" merupakan goal diarahkan sepanjang organisma sedang mencari-cari sesuatu yang ada di lingkungannya.
E. KONSEP TEORITIS UTAMA
Tolman
memperkenalkan penggunaan variable campuran dalam riset psikologis, dan
Hull meminjam gagasan meminjam gagasan itu darinya. Keduanya
menggunakan variable campuran yang serupa dalam penelitiannya. Namun
bagaimanapun juga, Hull lebih banyak mengembangkan dan mengelaborasi
teori belajar dari pada yang dilakukan Tolman.
Asumsi-asumsi umum yang dikemukakan Tolman dalam proses belajar:
Apa arti belajar?
Para
tokoh behavioris seperti, Pavlov, Watson, Guthrie, dan Hull, mengatakan
bahwa asosiasi-asosiasi stimulus respons itu yang dipelajari dan
melibatkan hubungan S-R yang komplek. Atau belajar adalah perubahan
dengan tingkah laku sebagai dari interaksi antara lain stimulus dan
respons. Sedangkan Tolman banyak mengambil petunjuk atau pandangan awal
dari teori-teori Gestald, yang mengatakan bahwa dalam belajar, hal yang
utama adalah proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Sebuah organisme yang sampai pada ekplorasi, yang kemudian menemukan
peristiwa tertentu, lalu ditunjukkan pada peristiwa tertentu lainnya,
atau dengan kata lain, lalu ditunjukkan pada peristiwa tertentu lainnya,
atau dengan kata lain, sebuah tanda memimpin tanda memimpin tanda yang
lain. Oleh karena itu, Tolman lebih dikenal sebagai ahli teori S-S.
Pengetahuan bagi Tolman adalah suatu proses berkelanjutan yang tidak
memerlukan motivasi apapun. Dalam hal ini, Tolman sependapat dengan
Guthrie dan bertentangan dengan Pavlov, Skinner, dan Torndike.
Bagaimanapun juga, haruslah ditunjukkan bahwa motivasi adalah penting
bagi teori Tolman. Karena motivasi itu menentukan aspek-aspek lingkungan
mana yang hendak disertai oleh organisme tersebut. Misalnya, organisme
yang lapar akan memakan makanan yang ada di lingkungan itu.
Menurut
Tolman, belajar adalah mengenal tentang situasi. Organisme belajar
tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, jika ia berbalik ke kiri, ia
akan menemukan sesuatu. Jika ia berbalik ke kanan, ia temukan juga
sesuatu yang lain. Hal ini terjadi secara berangsur-angsur, sehingga ia
dapat membuat kesimpulan sendiri. Dengan demikian, menurut Tolman,
belajar itu akan sia-sia jika hanya dihafal.
Confirmation versus Reinforcement
Sebagaimana Guthrie, konsep penguatan (reinforcement)
adalah tidak penting bagi Tolman sebagai variable pembelajaran. Akan
tetapi, Tolman mengatakan sebagai konfirmasi, di mana behavioris
menyebutnya Rinforcement. Selama perkembangan sebuah peta
kognitif, harapan atau dugaan-dugaan dimanfaatkan oleh sebuah organisme.
Dugaan adalah sebuah firasat tentang sesuatu dan fungsinya. Di mana
awal sebuah dugaan bersifat sementara yang disebut hipotesis, yang
berasal baik dari pengalaman maupun bukan. Hipotesis yang telah
dikonfirmasikan akan dipakai. Sedangkan hipotesis yang salah akan
dibuang. Yang harus diperhatikan adalah proses penerimaan maupun
penolakan hipotesis merupakan sebuah proses kognitif bukan termasuk
tindakan behavior.
Dalam proses pengambilan keputusan dalam persepsi, Bruner menyatakan ada 4 tahap pengambilan keputusan:
1. Kategorisasi primitive, di mana obyek atau peristiwa yang diamati diisolasi dan ditandai berdasarkan ciri-ciri khusus.
2. Mencari tanda (cue search),
di mana si pengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk mencari
informasi-informasi tambahan untuk memungkinkannya melakukan
kategorisasi yang tepat.
3. Konfirmasi,
terjadi setelah obyek mendapatkan penggolongan sementaranya. Pada tahap
ini si pengamat tidak lagi terbuka untuk sembarang masukan, melainkan
ia hanya menerima tambahan informasi yang akan memperkuat konfirmsi
keputusannya. Masukan-masukan yang tidak releven dihindari.
4. Konfimasi
tuntas, di mana pencarian tanda-tanda diakhiri. Tanda-tanda baru
diabaikan dan tanda-tanda yang tidak konsisten dengan kesimpulan juga
diabaikan.[5]
Vicarious Trial and Error
Tolman
memperhatikan karakteristik tikus dalam kebingungan (jalan simpag
siur). Sehingga ia bisa memanfaatkannya sebagai pendukung untuk
menafsirkan teori belajarnya. Seekor tikus sering berhenti pada suatu
titik tertentu dan memandang sekelilingnya seolah-olah berpikir tentang
berbagai alternatif yang ada. Kegiatan seperti ini (berhenti dan
memandang sekelilingnya) yang disebut Tolman sebagai Vicarious Trial and Error, sehingga organisme itu bisa membuat kesimpulan sendiri dari berbagai kegiatan yang telah dilakukannya.
Learning Versus Performance
Sebagaimana diterangkan, bahwa Hull membedakan antara learning dan performance. Pada akhir teorinya, Hull menyatakan bahwa banyaknya jumlah percobaan (trial)
yang diperbuat merupakan satu-satunya variable belajar. Sedangkan
variabel-variabel lainnya, yang ada dalam sistemnya merupakan variable
capaian (performance). Sehingga performance dapat dimaksudkan sebagai perwujudan belajar ke dalam prilaku. Hal seperti ini penting bagi Hull, tapi juga penting bagi Tolman.
Menurut
Tolman, kita mengetahui banyak hal tentang lingkungan di sekitar kita,
akan tetapi, kita hanya akan melaksanakan informasi atau pengetahuan itu
ketika kita harus melakukannya. Dalam status kebutuhan (need), organisme memanfaatkan apa yang telah dipelajarinya hingga sampai pada real testing yang
bisa menguangi kebutuhan itu. Misalnya, ada dua kran air dalam rumah
kita, dalam jangka waktu yang lama, kita tidak pernah memperhatikan atau
meminumnya hingga suatu saat terasa sangat haus. Secara spontan kita
akan meminumnya salah satu dari keduanya. Dari sini, kita akan
mengetahui bagaimana menemukan air minum itu tanpa harus menunggu hingga
terasa haus.
Beberapa point sejauh ini yang dapat diringkas adalah:
1. Organisme membawa kepada bentuk problem-solving berbagai
hipotesis, yang bisa jadi akan memanfaatkan percobaan untuk memecahkan
masalah ini. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada pengalaman
terdahulu. Tolman juga percaya bahwa beberapa strategi problem-solving bisa jadi merupakan pembawaan.
2. Hipotesis yang survive, yaitu yang sesuai dengan kenyataan menjadikan maksud atau tujuan tercapai.
3. Ketika
ada berbagai tuntutan maupun alasan yang harus dipenuhi, sebuah
organisme akan memanfaatkan penggunaan informasi yang ada dalam peta
kognitifnya. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan learning dan performance.
Latent Learning
Latent learning adalah belajar yang tidak diwujudkan dalam performance. Dengan kata lain, latent learning
merupakan kemungkinan belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat
panjang sebelum hal tersebut dinyatakan dalam prilaku. Konsep tentang latent learning
sangat penting bagi Tolman, dan dia merasa sukses dalam
mendemonstrasikan eksistensinya. Eksperimen terkenal yang dilakukan oleh
Tolman dan Honzik (1930) melibatkan tiga kelompok tikus, yang mencoba
belajar untuk memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang
siur). Kelompok pertama, tidak pernah diperkuat untuk dengan tepat
melintasi jalan yang simpang siur itu. Kelompok kedua, selalu diperkuat (reinforced).
Sedang kelompok ketiga, tidaklah diperkuat sampai hari ke-11 mengadakan
percobaan. Kelompok terakhir inilah yang menarik bagi Tolman. Teorinya
tentang latent learning meramalkan bahwa kelompok ini akan
belajar di simpang siur jalan itu, sama halnya dengan kelompok yang
secara teratur diperkuat. Dan ketika penguatan (reinforcement) diperkenalkan pada hari ke-11, kelompok ini akan melakukan seperti halnya kelompok yang secara terus menerus diperkuat (reinforced).
Baik kita perhatikan gambar yang ada dalam buku, maka akan nampak hal nyata:
Pada F2 jika mulai dari S2. Hal seperti ini merupakan kelompok respon learning. Sedangkan
kelompok lain, selalu diberi makan pada tempat yang sama F2, sehingga
jika kelompok ini mulai dari S1 haus lebih dulu belok ke kiri untuk
diperkuat. Sedangkan jika mulai dari S2, harus lebih dulu memutar ke
kanan. Kelompok inilah yang disebut sebagai place learning.
Reinfocement Expectancy
Menurut Tolman, ketika kita belajar, kita menganalisa "situasi". Term understanding selalu ada hubungannya dengan Tolman sebagaimana para behavioris. Dalam situasi problem-solving, kita
belajar untuk memperoleh cara yang paling paktis. Kita belajar untuk
mengharapkan terjadinya persitiwa tertentu, mengikuti peristiwa yang
lain. Seekor binatang mengharapkan jika ia pergi ke suatu tempat
tertentu, maka ia akan menemukan reinforcer tertentu. Manurut pada ahli teori S-R, bahwa merubah reinforcer dalam teori belajar tidak akan mengganggu prilaku sepanjang kuantitas reinforcement tidak dirubah secara drastis. Sedangkan menurut Tolman, ia memprediksikan, jika reinforcer dirubah, prilaku akan terganggu, karena reinforcement expectancy merupakan bagian dari apa yang diharapkan.
F. SIX KINDS OF LEARNING
Dalam artikelnya (1949), "There is More than One Kind of Learning", Tolman membagi belajar menjadi enam macam.
- Cathexes
Cathexis
(jamak chatexes) mengacu pada kecenderungan belajar untuk berhubungan
dengan obyek tertentu serta drive state tertentu. Misalnya, makanan
tertentu yang tersedia bisa jadi mencukupi rasa lapar seseorang yang
hidup di suatu negeri. Masyarakat yang hidup di suatu negeri, di mana
ikan selalu dimakan akan cenderung untuk dicari guna memenuhi rasa
laparnya. Individu-individu yang sama akan menghindari daging sapi atau
spageti karena bagi mereka, makanan itu tidak dihubungkan dengan
kepuasan rasa lapar. Karena stimuli tertentu itu dihubungkan dengan
kepuasan drive tertentu, sehingga stimuli-stimuli itu akan cenderung
untuk dicari-cari ketika drive itu terulang.
- Equivalence Beliefs
Ketika
sebuah "subgoal" mempunyai pengaruh yang sejenis dengan dirinya, maka
subgoal itu dikatakan mendasari sebuah equivalence belief. Hal seperti
ini hamper sesuai dengan yang disebut oleh para ahli teori S-R sebagai
secondary reinforcement. Tolman (1949) menganggap bahwa jenis belajar
ini termasuk dalam typical "social drives" dari pada physiological
drives. Misalnya, sepanjang dapat dipertunjukkan bahwa dengan need siswa
untuk cinta dan penerimaan yang baik tanpa harus menceritakan tentang
nilai ataupun kualitasnya, kemudian kita ingin mempunyai bukti untuk
equivalence belief.
Di
sini ada sedikit perbedaan antara Tolman dan para ahli teori S-R,
kecuali pada sebuah fakta di mana Tolman menyebut "love reduction"
sebagai reinforcement, dan para teori S-R lebih suka menyebutnya sebagai
penurunan drive seperti rasa haus atau lapar.
- Field Expectancies
Ini
dikembangkan dengan cara yang sesuai menurut perkembangan peta
kognitif. Sebuah organisme belajar tentang obyek dan fungsinya. Ketika
melihat suatu tanda tertentu ia mengharapkan sign yang lain akan
mengikutinya. Pengetahuan umum tentang lingkungan digunakan untuk
menerangkan latent learning dan place learning. Hal seperti ini bukan
merupakan S-R learning melainkan S-S learning atau sign-sign learning.
Di mana ketika seekor binatang melihat suatu sign, maka ia belajar dan
berharap akan diikuti oleh yang lain. Satu-satunya "reinforcement" yang
penting untuk jenis belajar seperti ini adalah konfrmasi sebuah
hipotesis.
- Field-Cognition Modes
Jenis
belajar seperti ini kurang diminati oleh Tolman. Ini adalah sebuah
strategi, cara pendekatan untuk situasi problem-solving. Hal ini
merupakan sebuah tendensi untuk menyusun perceptual field dalam bentuk
tertentu. Tolman mencurigai bahwa kecenderungan ini adalah bawaan,
tetapi bisa dimodifikasi dengan pengalaman. Sesungguhnya hal paling
utama pada strategi yang bekerja dalam pemecahan masalah adalah akan
dicoba pada situasi yang sama pada masa yang akan datang. Seperti itulah
field cognition modes yang efektif, atau problem-solving, yaitu
memindahkan permasalahan-permasalahan yang berhubungan.
- Drive Discrimination
Drive
discrimination hanya mengacu kepada fakta bahwa organisme dapat
menentukan status drive mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka mampu
merespon sewajarnya. Contohnya, telah ditemukan bahwa seekor binatang
dapat dilatih untuk masuk searah dalam T-maze, ketika mereka marasa
lapar ataupun haus.
- Motor Patterns
Tolman
menunjukkan bahwa teorinya sebagian besar itu terkait dengan ide
asosiasi bukan terkait dengan ide yang berhubungan dengan prilaku. Motor
patern learning ini merupakan suatu usaha untuk memecahkan sebuah
masalah. Tolman menerima interpretasi Guthrie tentang bagaimana respon
bisa menjadi hubungan dengan stimuli.
G. KONTRIBUSI TOLMAN TERHADAP TEORI BELAJAR
Ketika
kita mencari kontribusi Tolman terhadap teori belajar maka akan kita
dapatkan penemuan tunggalnya tentang latent learning. Kontribusi
terbesar Tolman terletak tak sebanyak dalam penemuan penelitian yang
spesifik dan lebih memerankan tugasnya melawan behavioris Hull. Dimana
Hull dan teman-temannya mampu menolak pendapat psikologi Gestalt dan
Piaget, yang terjadi perbedaan keduanya pada metodologi dan subyek
bersifat eksperimen.
Tolman merupakan penengah bagi para behavioris S-R dengan para psikolog yang memandang belajar sebagai proses kognitif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar