Narsistik berasal dari sebuah mitologi Yunani, Narcissus yang begitu
bangga akan ketampanan dirinya. Suatu hari, ia berjalan-jalan ke dalam
hutan dan bertemu dengan peri bernama Echo. Tertarik dengan ketampanan
Narcissus, Echo menyatakan cinta, namun ditolak. Penolakan ini menyakiti
hati Echo, dan membuat ia menangis.
Aphrodite, dewi
Cinta, mengetahui hal ini dan berusaha membalas Narcissus. Kala
Narcissus minum di sebuah sungai, Aphrodite meminta Cupid untuk
memanahnya dengan panah cinta. Narcissus pun jatuh cinta pada
bayangannya di sungai. Ia mati dengan memandang bayangannya sendiri.
Dalam
kajian psikologi, orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik
memiliki ego serta kebutuhan untuk dipuji yang tinggi. Ciri lain dari
gangguan kepribadian narsistik percaya bahwa mereka lebih superior
dibandingkan orang lain dan cenderung kurang peka terhadap perasaan
orang lain. Namun, dibalik egonya yang tinggi, mereka tidak suka
dikritik.
Gangguan kepribadian narsistik tidak sama
dengan percaya diri atau memiliki harga diri yang tinggi. Mereka yang
menderita narsistik, memandang tinggi dirinya. Sedangkan orang yang
sehat, tidak memandang diri mereka lebih dari yang dinilai orang lain.
Menurut
psikoanalisa, gangguan ini muncul karena orangtua kurang menghargai apa
yang dilakukan oleh anak dan cenderung menceritakan apa yang telah
dicapai orangtua. Misal, bila anak bercerita tentang keberhasilannya
mendapat peringkat satu di sekolah, namun orangtua tidak mengapresiasi
dan menceritakan apa yang terjadi di kantor.
Orangtua
selalu memiliki peran yang penting dan sentral dalam perkembangan anak.
Seyogyanya, orangtua lebih mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh
anak. Tentu dalam kadar yang cukup.
Sumber : http://www.psikologizone.com/gangguan-kepribadian-narsistik/065113882
Tidak ada komentar:
Posting Komentar