Sabtu, 14 Januari 2012

Gangguan Kepribadian Narsistik

Narsistik berasal dari sebuah mitologi Yunani, Narcissus yang begitu bangga akan ketampanan dirinya. Suatu hari, ia berjalan-jalan ke dalam hutan dan bertemu dengan peri bernama Echo. Tertarik dengan ketampanan Narcissus, Echo menyatakan cinta, namun ditolak. Penolakan ini menyakiti hati Echo, dan membuat ia menangis.

Aphrodite, dewi Cinta, mengetahui hal ini dan berusaha membalas Narcissus. Kala Narcissus minum di sebuah sungai, Aphrodite meminta Cupid untuk memanahnya dengan panah cinta. Narcissus pun jatuh cinta pada bayangannya di sungai. Ia mati dengan memandang bayangannya sendiri.

Dalam kajian psikologi, orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki ego serta kebutuhan untuk dipuji yang tinggi. Ciri lain dari gangguan kepribadian narsistik percaya bahwa mereka lebih superior dibandingkan orang lain dan cenderung kurang peka terhadap perasaan orang lain. Namun, dibalik egonya yang tinggi, mereka tidak suka dikritik.

Gangguan kepribadian narsistik tidak sama dengan percaya diri atau memiliki harga diri yang tinggi. Mereka yang menderita narsistik, memandang tinggi dirinya. Sedangkan orang yang sehat, tidak memandang diri mereka lebih dari yang dinilai orang lain.

Menurut psikoanalisa, gangguan ini muncul karena orangtua kurang menghargai apa yang dilakukan oleh anak dan cenderung menceritakan apa yang telah dicapai orangtua. Misal, bila anak bercerita tentang keberhasilannya mendapat peringkat satu di sekolah, namun orangtua tidak mengapresiasi dan menceritakan apa yang terjadi di kantor.

Orangtua selalu memiliki peran yang penting dan sentral dalam perkembangan anak. Seyogyanya, orangtua lebih mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh anak. Tentu dalam kadar yang cukup.

Sumber :  http://www.psikologizone.com/gangguan-kepribadian-narsistik/065113882

Tidak ada komentar:

Posting Komentar